Berita


ASAL USUL NGABUBURIT

Jalan-jalan santai di waktu sore, nongkrong di tempat favorit sembari menikmati semilir angin bersama teman atau kerabat, atau sibuk menyusuri pasar kaget mencari menu berbuka puasa alias iftar menjadi gambaran ngabuburit yang terjadi di berbagai penjuru Indonesia kala Ramadan.

Namun tradisi itu agak sulit dilakukan dalam dua Ramadan terakhir akibat pandemi yang memaksa semua orang untuk saling menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Sehingga bagi sebagian orang, tradisi ngabuburit menjadi sesuatu yang dirindukan.

Bertahun-tahun 'menjalani' tradisi ngabuburit, tak banyak yang menyadari bahwasanya kata "ngabuburit" sendiri berasal dari bahasa Sunda. Kata "ngabuburit" diyakini berasal dari "ngalantung ngadagoan burit" yang berarti "bersantai sambil menunggu waktu sore".

 Kamus Sunda-Indonesia terbitan Kemendikbud pada 1985 mencatat kata "burit" yang bermakna "senja", dan kata "ngabuburit" sebagai "jalan-jalan menunggu waktu sore, biasanya pada bulan puasa".

Kata dari bahasa daerah itu kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia dan dicatat secara resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

KBBI V (2016) mencatat kata "burit" sebagai kata dasar yang bermakna "sore", kemudian turunannya yaitu "mengabuburit" sebagai "menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan".

Meski telah diserap jadi bahasa Indonesia dan dijalani sebagai kebiasaan dalam budaya masyarakat lokal ketika Ramadan tiba, nyatanya "ngabuburit" tidak mutlak lahir dari tanah Nusantara.

Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada Heddy Shri Ahimsa-Putra mengatakan ngabuburit pada dasarnya respons umum dari umat muslim jelang buka puasa. Sehingga, ngabuburit tak hanya terjadi di Indonesia.  source ASAL USUL NGABUBURIT

Jalan-jalan santai di waktu sore, nongkrong di tempat favorit sembari menikmati semilir angin bersama teman atau kerabat, atau sibuk menyusuri pasar kaget mencari menu berbuka puasa alias iftar menjadi gambaran ngabuburit yang terjadi di berbagai penjuru Indonesia kala Ramadan.

Namun tradisi itu agak sulit dilakukan dalam dua Ramadan terakhir akibat pandemi yang memaksa semua orang untuk saling menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan. Sehingga bagi sebagian orang, tradisi ngabuburit menjadi sesuatu yang dirindukan.

Bertahun-tahun 'menjalani' tradisi ngabuburit, tak banyak yang menyadari bahwasanya kata "ngabuburit" sendiri berasal dari bahasa Sunda. Kata "ngabuburit" diyakini berasal dari "ngalantung ngadagoan burit" yang berarti "bersantai sambil menunggu waktu sore".

 Kamus Sunda-Indonesia terbitan Kemendikbud pada 1985 mencatat kata "burit" yang bermakna "senja", dan kata "ngabuburit" sebagai "jalan-jalan menunggu waktu sore, biasanya pada bulan puasa".

Kata dari bahasa daerah itu kemudian diserap menjadi bahasa Indonesia dan dicatat secara resmi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

KBBI V (2016) mencatat kata "burit" sebagai kata dasar yang bermakna "sore", kemudian turunannya yaitu "mengabuburit" sebagai "menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadan".

Meski telah diserap jadi bahasa Indonesia dan dijalani sebagai kebiasaan dalam budaya masyarakat lokal ketika Ramadan tiba, nyatanya "ngabuburit" tidak mutlak lahir dari tanah Nusantara.

Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada Heddy Shri Ahimsa-Putra mengatakan ngabuburit pada dasarnya respons umum dari umat muslim jelang buka puasa. Sehingga, ngabuburit tak hanya terjadi di Indonesia.  source: http://CNNIndonesia.com redaksi

Jurnalist:
▪️Dista Tia Nurlaili
▪️Fera Andani
▪️Rahadiano A.F. 

Kontak


Alamat :

Jl. Pramuka 24 Kec. Nglegok

Telepon :

(0342)4567110

Email :

uptsmpn2nglegok@gmail.com

Website :

smpn2nglegok.sch.id

Media Sosial :

Website Kemdikbud


Website Kemdikbud